Selasa, 06 Januari 2015

Datang dan Pergi



Oleh : Thich Nhat Hahn
Ketakutan tebesar kita adalah pada saat mati, kita menjadi tiada. Banyak orang percaya bahwa keberadaan kita hanyalah suatu masa hidup yang dimulai ketika kita lahir atau tercipta dan berakhir ketika kita mati. Kita percaya bahwa kita dilahirkan dari tiada , sehingga kita dipenuhi oleh ketakutan bahwa kita akan binasa.
Buddha memiliki pemahaman yang sangat berbeda tentang keberadaan kita. Bahwa kelahiran dan kematian hanyalah sebentuk gagasan atau pikiran. Hal itu tidak nyata. Keyakinan kita bahwa hal itu nyatalah yang membuatnya menjadi ilusi yang sangat kuat dan membuat kita menderita. Buddha mengajarkan bahwa tidak ada kelahiran, tidak ada kematian; tidak ada datang, tidak ada pergi, tidak ada sama, tidak ada berbeda; tidak ada diri permanen, tidak ada kebinasaan. Kita hanya mengira hal itu ada. Ketika kita memahami bahwa kita tidak dapat binasa, kita tebebas dari ketakutan. Ini menghasilkan suatu kelegaan besar. Kita bisa menikmati hidup dan menghargainya dengan sudut pandang yang baru.
Pada saat kita berjalan-jalan di taman pada musim semi dan melihat kuncup bunga dan mencoba bertanya; apakah bunga-bunga di taman itu bunga yang sama dengan bunga yang mati saat musim gugur, atau bunga yang berbeda. Mereka akan menjawab : “Kami tidak sama dan juga tidak berbeda. Ketika keadaan cukup baik, kami muncul, tetapi ketika keadaan tidak memungkinkan, kami bersembunyi, sesederhana itu.”
Juga ketika kita kehilangan orang terkasih, kita biasanya menderita. Tetapi jika kita mengetahui cara menatap secara mendalam seperti menatap bunga itu, kita berkesempatan untuk memahami bahwa prinsip dasarnya adalah : Tiada kelahiran, tiada kematian. Yang ada hanyalah manifestasi dan berakhirnya manifestasi itu, agar muncul manifestasi yang lain.
Tiada Kelahiran, Tiada Kematian
Keadaan dasar kita adalah keadaan tiada kelahiran dan tiada kematian. Hanya ketika kita menyentuh keadaan dasar kita, barulah kita dapat mengatasi ketakutan akan ketiadaan, ketakutan akan kebinasaan.
Buddha berkata bahwa ketika keadaan memungkinkan, sesuatu akan bermanifestasi dan kita mengatakan sesuatu itu tidak ada. Menurut Buddha, mengatakan sesuatu  sebagai ada atau tiada tidaklah tepat. Pada kenyataannya, tidak ada sesuatu yang benar benar ada atau benar benar tiada.
Kita dapat memahami ini dengan sangat mudahnya melalui perumpamaan televisi dan radio. Kita berada dalam sebuah ruangan tanpa televisi dan radio. Di situ, kita berpikir acara televisi dan radio tidak ada dalam ruangan itu. Tetapi kita tahu udara dalam ruangan itu penuh dengan sinyal. Kita hanya perlu satu keadaan lagi, yaitu pesawat televisi atau radio. maka beraneka bentuk, warna, dan suara akan muncul. Akan salah bila dikatakan bahwa sinyal itu tidak ada, hanya karena kita tidak memiliki pesawat televisi atau radio untuk menerima dan memanifestasikannya. Acara itu hanya kelihatannya saja tidak ada karena penyebab dan keadaannyatidak cukup untuk membuatanya bermanifestasi. Jadi pada waktu itu, di ruangan itu kita mengatakan acara itu tidak ada. Hanya karena kita tidak melihat sesuatu, tidak lah benar untuk mengatakan sesuatu itu tidak ada. Pikiran tentang ada dan tiadalah yang membuat kita berpikir  bahwa sesuatu itu ada atau sesuatu itu tidak ada. Gagasan tentang ada dan tiada tidak dapat diterapkan dalam kenyataan.
Terperangkap oleh konsep datang dan pergi
Penderitaan terbesar kita adalah disebabkan oleh konsep kita tentang datang dan pergi. Kita mengira orang yang kita kasihi datang dari suatu tempat dan sekarang telah pergi ke tempat lain. Keadaan sebenarnya adalah tiada datang , tiada pergi. Kita tidak datang dari suatu tempat dan tidak pergi ke mana pun. Ketika keadaan memungkinkan, kita bermanifestasi.
Bukan hanya konsep kita tentang datang dan pergi  yang tidak mengungkapkan realitas apa pun, konsep kita tentang ada dan tiada juga demikian. Dalam Sutra Prajnaparamita dikatakan: “Dengarlah Shariputra, semua dharma(fenomena) ditandai dengan kekosongan, tidak diciptakan dan tidak dimusnahkan, tidak bertambah dan tidak berkurang.” Makna kekosongan disini sangat penting, yaitu pertama-tama menjadi kosong dari diri individual (separate self). Tidak seorang pun memiliki diri individual, dan tidak seorang pun ada dengan sendirinya. Jika kita mengamati semua fenomena, termasuk diri kita sendiri, merupakan campuran. Kita tersusun oleh unsur-unsur lain. Kita terbuat dari ayah dan ibu kita, kakek dan nenek kita, tubuh kita, perasaan kita, persepsi kita, formasi mental kita, Bumi, Matahari dan unsur bukan diri yang sangat banyak jumlahnya.  Semua ini bergantung pada kausa (unsur unsur penyebab) dan keadaan. Kita melihat bahwa semua hal yang sudah ada, yang sekarang ada, atau yang akan ada, saling berhubungan, saling tergantung. Segala hal yang kita lihat, bermanifestasi hanya karena hal itu adalah bagian dari hal lain, dari keadaan lain yang membuatnya bermanifestasi. Semua fenomena tidak diciptakan atau dimusnahkan, karena semua fenomena itu adalah proses manifestasi yang terus menerus.
Kita mungkin cukup memahami tetapi hal ini tidak cukup hanya dipahami secara intelektual. Untuk benar-benar memahami, kita harus terbebas dari ketakutan. Itu berarti memperoleh pencerahan. Itu berari kesaling mengadaan(inter-being).
Kita harus melatih diri untuk menatap secara mendalam seperti melihat bunga atau kertas/kayu yang terbakar guna memelihara pemahaman sadar mengenai tiada lahir dan tiada mati dalam kehidupan sehari hari. Dengan cara ini, kita dapat menyadari karunia lepas dari ketakutan yang menakjubkan.
Jika kita hanya berbicara tentang kesalingmengadaan sebagai teori, hal itu tidak akan membantu kita. Kita harus bertanya, “Wahai kertas, dari mana asalmu? Siapa kamu? untuk apa kamu kemari? ke mana kamu akan pergi?”. Kita dapat bertanya pada api: “Api, dari mana asal mu dan kemana kamu akan pergi?” Dengarkan jawabannya dengan penuh perhatian. Api dan kertas akan menjawab dengan kehadiran,. Kita harus melihat ke dalam, dan kita bisa mendengar jawabannya. Api berkata, “Aku tidak berasal dari mana pun.”
Jawaban itu pula lah yang diberikan bunga. Bunga-bunga itu tidak sama dan tidak berbeda. Mereka tidak berasal dari suatu tempat dan mereka tidak pergi ke mana pun. Jika seorang bayi meninggal, kita tidak perlu bersedih. Itu terjadi karena tidak terdapat cukup kausa dan keadaan yang membuat bayi itu hadir pada waktunya. Ia akan datang kembali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar