Rabu, 10 Desember 2014

Kehidupan Sesaat Setelah Kematian


pastliferegressionOleh : N. Indrahartanto
Definisi kematian adalah terhentinya secara keseluruhan sistem penunjang kehidupan pada makhluk hidup. Jadi secara sederhana, seseorang dianggap mati bila sistem penunjang kehidupan pada tubuhnya tidak berfungsi secara total, seperti terhentinya detak jantung, rusaknya organ-organ vital, terhentinya kinerja otak, dan sebagainya.
Tubuh fisik dan roh adalah dua unsur berbeda yang saling terikat dengan kokoh. Bila diumpamakan, tubuh dan roh adalah dua buah benda yang harus disatukan, maka dibutuhkan sebuah tali pengikat agar menyatu dengan kuat. Tali pengikat itu sering disebut nyawa. Bila kematian sudah tiba, bisa diartikan bahwa tali nyawa telah terlepas, maka terpisahlah tubuh dan roh.Beberapa agama mengenal sebutan malaikat pencabut nyawa, dialah sebenarnya yang bertugas melepaskan “ikatan tali nyawa” tersebut. Saat terlepasnya tali tersebut, dibutuhkan energi yang luar biasa besar. Itulah sebabnya pada saat sakratul maut merasakan sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Pada saat seseorang sakit parah atau di usia tua, sering sakit-sakitan, hal ini sebenarnya mengindikasikan mulai mengendurnya simpul tali nyawa yang ada pada tubuhnya.
Bagaimana rasanya meninggal ?
Semua rasa sakit musnah.
Aku melalui suatu ruang hampa gelap dengan kecepatan tinggi.
Ada suatu perasaan damai dan tenang yang mutlak, tak ada rasa takut sama sekali.
Setelah aku kembali, aku terus menerus menangis selama kurang lebih seminggu karena aku harus hidup di dunia ini setelah aku melihat dunia yang satunya.
Di atas adalah beberapa pertanyaan dari pasien-pasien Dr. Raymond Moody Jr, MD yang menceritakan perasaan dan pengalaman mereka kembali saat setelah kematian. Cukup banyak kasus-kasus yang dilaporkan melalui media tentang kembalinya seseorang dari kematian atau yang sering disebut mati suri(kematian sesaat: dianggap kematian yang datang terlalu dini atau tidak pada waktunya). Paling tidak pengalaman2 tersebut terangkum dalam buku Dr. Moody yang berjudul Hidup sesudah Mati, buku best seller yang telah terbit sejak tahun 1979 dalam edisi bahasa Indonesia.
Dr. Moody menyatakan, bahwa meskipun ada banyak perbedaan dalam keadaan yang berhubungan dengan panggilan kematian dari orang-orang yang mengalaminya masih terdapat suatu persamaan begitu besar yang selalu terulang dari kisah-kisah yang berhasil dikumpulkannya.
Persamaan-persamaan tersebut adalah berupa :
  1. Bahwa seseorang masih bisa mendengar dengan jelas saat ia mencapai puncak krisis fisiknya. Seperti ucapan seseorang dokter bahwa ia telah mati atau tangisan kerabat dekatnya.
  2. Seseorang pada tahapan berikutnya merasakan terlepas dari jasadnya dan melihat jasadnya, seolah-olah ia seorang penonton. Ia menyaksikan usaha para dokter dan perawat untuk menghidupkan dirinya kembali. Ia berontak berupaya menggapai orang-orang di sekitarnya untuk memberitahukan bahwa dirinya masih hidup, tetapi ia tidak bisa melakukannya.
  3. Merasakan sedang melewati sebuah terowongan gelap dengan kecepatan tinggi.
  4. Melihat arwah-arwah kerabat dekatnya yang telah mati dan suatu makhluk cahaya yang penuh kehangatan dan cinta kasih yang belum pernah dialaminya.
  5. Melihat tinjauan ulang tentang kehidupan yang telah dilaluinya. Tinjauan ulang ini “difasilitasi” oleh makhluk cahaya dengan maksud mengevaluasi kejadian-kejadian dalam hidupnya untuk diambil hikmahnya.
  6. Mencapai sebuah tepi atau batas yang merupakan pemisah dimensi antara dirinya dan, biasanya, arwah para kerabatnya yang telah meninggal. Beberapa pasien menceritakan pada sisi tepian atau batas lain dihadapannya telah menunggu arwah kerabatnya yang seolah menyambut dan memanggil-manggil dirinya, namun entah kenapa dirinya berbalik menjauhi mereka.
  7. Keinginan untuk tetap hidup karena sesuatu hal yang belum terselesaikan, sering menyebabkan seseorang kembali hidup dari mati surinya. Namun, uniknya ada perasaan enggan untuk kembali saat dirinya telah begitu nyaman dan aman walau sejenak disana.
Berbeda dengan Moody, penulis buku Journey of souls, Dr Michael Newton, yang mengumpulkan kemiripan atas ” kejadian sesaat setelah kematian” dari pasiennya saat dilakukan terapi past life regression. Informasi yang didapat secara sengaja merupakan ucapan langsung dari pasiennya saat mengalami kematian-kematian pada kehidupan lalu mereka, yaitu fragmen di saat terlepasnya roh dari tubuh.
Dr, Moody hanya mengumpulkan hasil wawancara dari orang-orang yang hidup kembali dari kematian. Pandangan Dr. Moody dan Dr Newton menyepakati tentang adanya kesamaan peristiwa dan pengalaman dari pasien-pasien mereka. Hanya saja Dr. Newton melanjutkan pelaporannya pada tahapan-tahapan yang lebih jauh, seperti tahapan akhir sang roh untuk memilih kehidupan atau terlahir kembali.
Buku Journey of Souls merupakan buku kontroversi yang dinilai banyak bertentangan dengan dogma-dogma agama barat. Dalam buku itu pembaca akan dihantarkan pada tahapan-tahapan atau rute perjalanan yang dipaparkan menjadi judul tiap bab secara kronologis. Dimulai dari keberadaan ‘Gerbang memasuki alam roh’, ‘roh roh yang tersesat’,’ Orientasi, transisi, dan penempatan roh’,’ Roh pembimbing’,’ Tingkatan kualitas roh’,’ Memilih kehidupan’,’ Persiapan keberangkatan’ dan terakhir ‘ Kelahiran kembali.’
Suatu hal yang menjadi bahan perdebatan di dalam internal kalangan pro reinkarnasi, dari pandangan Dr. Newton, adalah tentang tidak adanya efek karma atas penitisan roh pada kehidupan selanjutnya yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan roh pada kehidupan lalunya (berdasarkan hasil risetnya). Bahwa roh mempunyai hak untuk memilih tubuh fisik, dan bahwa perbuatan perbuatan karma di masa lalu tidaklah berefek pada kehidupan berikutnya. Roh telah mengetahui segala sesuatu dari tubuh fisik yang bakal di “tempati”nya. Sang roh hanya ingin merasakan dan mengambil hikmah dari tiap-tiap kehidupan yang dijalaninya.
Pandangan Dr. Moody dan Dr. Newton hanyalah sebagian kecil yang mempresentasikan pandangan dunia Barat tentang kehidupan setelah mati. Masih cukup banyak para ilmuwan yang menggali fenomena kematian dan hal hal yang tabu oleh dogma-dogma agama. Bukan maksud mereka untuk merusak keyakinan, bahkan banyak dari mereka adalah pemeluk agama yang taat. Mereka hanya ingin meluruskan pandangan-pandangan sempit yang sering menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka bukan kafir, karena banyak dari mereka berpedoman pada ayat-ayat suci yang diyakini terkait  dengan riset yang mereka geluti. Mereka tidak menyangkal, namun mungkin lebih tepat menafsirkan ulang ayat-ayat suci yang mereka yakini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar