Selasa, 06 Januari 2015

Kematian dan Kepergian




Dari Buku Journey of souls, koleksi studi kasus mengenai kehidupan selama jeda antar kehidupanoleh Michael Newton Phd.
Apa saja kesamaan dari rekoleksi(mengingat kembali) kehidupan sesudah kematian antara orang-orang yang melaporkan pengalaman keluar dari tubuh fisik sebagai hasil dari trauma fisik temporer dengan subjek terhipnotis yang mengingat kembali kematiannya dalam sebuah kehidupan lampau? Keduanya sama-sama mendapati diri mereka melayang mengelilingi tubuh masing-masing secara aneh, dan berusaha menyentuh benda-benda padat yang sifat materialnya telah hilang, di depan mereka. Keduanya sama-sama mengaku frustasi ketika mencoba berbicara pada orang hidup, yang tidak memberikan respon. Keduanya sama sama merasakan suatu sensasi ditarik dari tempat di mana mereka meninggal, serta merasa relaks dan ingin tahu daripada merasa takut.
Semua orang melaporkan suatu sensasi kebebasan dan terang yang membangkitkan ektase di sekeliling mereka. Sebagian subjek menyaksikan suatu cahaya putih cemerlang yang menyelimuti mereka sepenuhnya pada saat kematian, sementara sebagian lainnya melihat cahaya yang terang yang letaknya agak jauh dari suatu daerah gelap, dimana mereka sedang ditarik melaluinya. Kondisi ini sering disebut sebagai efek lorong, yang banyak dikenal dari pengalaman mati suri(NDE)
Bertentangan dengan keyakinan sebagian besar orang, roh kerap kali tidak memiliki ketertarikan besar pada apa yang terjadi pada tubuh mereka, begitu mereka mati secara fisik. Ini bukan karena mereka tidak memiliki keperdulian atas situasi pribadi dan orang-0rang yang mereka tinggalkan di Bumi, tetapi lebih dikarenakan oleh pemahaman roh atas tujuan dari kematian fisik. Mereka ingin bergegas melakukan perjalanan memasuki indahnya alam roh.
Bagaimanapun banyak roh lainnya justru ingin melayang di sekitar tempat dimana mereka mati selama beberapa hari di Bumi, biasanya sampai proses pemakaman mereka usai. Walau tampaknya dipercepat bagi roh, sehingga satu hari di Bumi dapat terasa bagaikan satu menit bagi mereka. Ada bermacam-macam alasan bagi rohyang seakan tidak mau pergi ini. Sebagai contoh, seseorang yang telah dibunuh atau meninggal dalam suatu kecelakaan seringkali tidak mau pergi saat itu juga. Saya sering melihat roh-roh ini merasa bingung atau marah. Sindrom roh melayang sering terjadi dalam kasus kematian orang muda.
Mendadak terpisah dari tubuh fisik, bahkan setelah lama sakit, tetap menjadi guncangan bagi rata-rata roh dan hal inipun sering membuat roh merasa ragu-ragu untuk pergi pada saat kematian. Selain itu, ada sesuatu yang sifatnya simbolik dari periode tiga sampai lima hari persiapan pemakaman bagi roh. Sesungguhnya roh tidak memiliki keingintahuan yang melankolis untuk menyaksikan diri mereka dimakamkan, karena emosi di alam roh tidaklah sama dengan emosi yang kita alami di Bumi. Walaupun demikian, saya menjumpai bahwa roh menghargai penghormatan yang diberikan kepada kenangan atas kehidupan fisik mereka oleh kerabat dan teman yang masih hidup.
Satu alasan mendasar mengapa banyak roh yang tidak ingin cepat-cepat pergi meninggalkan lokasi kematian fisik mereka adalah karena adanya keinginan untuk secara mental menghibur orang-orang tercinta, sebelum mereka pergi jauh memasuki alam roh. Orang yang baru saja meninggal tidaklah merasa hancur hati karena kematian itu, karena mereka tahu bahwa orang-orang tercinta di Bumi akan bertemu mereka lagi  di alam roh dan mungkin juga kelak dalam kehidupan mendatang(reinkarnasi). Di lain pihak, para pelayat dalam suatu pemakaman biasanya merasa telah kehilangan orang tercinta mereka selamanya.
Selama hipnotis, para subjek benar-benar masih ingat perasaan frustasi karena tidak mampu untuk dengan efektif menggunakan energi mereka, untuk secara mental menyentuh orang hidup yang menjadi tidak reseptif(terbuka) akibat trauma dan kesedihan. Trauma emosional pada orang hidup dapat mengaburkan pikiran batin, hingga taraf dimana kemampuan mental mereka untuk berkomunikasi dengan roh menjadi terhambat. Manakala roh yang baru saja terlepas dari tubuhnya menemukan cara untuk memberikan penghiburan pada orang yg masih hidup, sesingkat apapun itu, mereka biasanya merasa puas dan kemudian ingin secepatnya beranjak dari tataran astral Bumi.
Kita dapat merasakan kehadiran roh orang tercinta yang penuh daya  penghiburan, terutama selama atau sesudah pemakaman. Agar komunikasi spiritual ini dapat menembus dinding trauma akibat kesedihan, anda perlu merelaksasikan dan menjernihkan pikiran, setidaknya sejenak. Pada saat-saat seperti ini tingkat penerimaan kita terhadap suatu pengalaman supernatural menjadi lebih terbuka terhadap komunikasi positif seputar cinta, pengampunan, harapan, dorongan semangat, dan kepastian bahwa orang tercinta Anda kini berdiam di tempat yang indah.
Sesekali terjadi, roh yang belum tenang tidak ingin meninggalkan Bumi setelah kematian fisik. Hal ini dikarenakan ada suatu masalah yang belum terselesaikan, yang telah berdampak besar pada kesadarannya. Pada kasus tidak lazim seperti ini , bantuan dapat diperoleh dari entitas lebih tinggi/roh pendamping yang penuh belas kasih, yang dapat membantu proses penyelarasan dari alam lain. Kita juga memiliki sarana untuk membantu roh yang resah ini dalam melepas keterikatannya dengan Bumi.
Bagaimana baiknya kita mempesiapkan diri untuk menghadapi kematian kita sendiri? Boleh saja kita hidup singkat atau panjang, sehat atau sakit, namun akan tiba masanya ketika kita semua harus menyongsong ajal dengan cara yang paling sesuai untuk kita. Jika kita telah lama menderita sakit parah yang dapat berakibat pada kematian, masih ada waktu untuk mempersiapkan pikiran secara memadai, begitu trauma, penolakan, dan frustasi di awal kematian telah berlalu. Pikiran mengambil jalan pintu melalui progresi seperti ini ketika kita dihadapkan pada kematian. Seiring dengan kian dekatnya akhir dari kehidupan fisik kita masing-masing memiliki kemampuan untuk menyatu dengan tataran kesadaran yang lebih tinggi.  Periode menjelang ajal adlaah periode termudah dalam hidup kita guna mengalami kesadaran spiritual, dimana kita dapat merasakan bahwa roh kita terhubung dengan keabadian waktu.
Walaupun ada orang yang merasa bahwa penerimaan itu lebih sukar daripada penolakan ketika mereka menghadapi  ajal, para perawat yang bekerja di sekitar mereka menyatakan bahwa hampir semua orang merasakan ketenangan saat meninggal. Saya percaya bahwa orang yang menjelang ajal selalu diberi akses menuju pemahaman akan kesadaran yang abadi, dan hal ini kerap terlihat di raut wajah mereka.
Orang yang menjelang ajal mengalami suatu metamorfosis keterpisahan roh dari tubuh yang ditinggalinya. Orang menganggap kematian sebagai kehilangan daya hidup, padahal kebalikannyalah yang benar. Kita meninggalkan tubuh kita dalam kematian, tetapi daya hidup kita yang kekal akan menyatu dengan daya dari Roh Mahatinggi. Kematian tidak berarti gelap, namun terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar